Yogyakarta, ‘Kota Startup’ Minim Talenta Mumpuni

Yogyakarta Kota Startup Minim Talenta Mumpuni

Banyaknya perusahaan rintisan di bidang teknologi di Yogyakarta membuat Kota Pelajar ini layak disebut sebagai Kota Startup. Namun, untuk membuat Yogya memunculkan perusahaan teknologi bernilai besar, kampus perlu banyak berbenah.

Demikian diungkapkan oleh Direktur Akses Non Perbankan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Syaifullah, kepada Pandangan Jogja seusai mengisi materi dalam Roadshow Mentoring dan Kompetisi GoStartup Indonesia di Auditorium Fisipol UGM, Senin (14/10).

Syaifullah menjelaskan, dari 6 kota yang sudah dikunjungi Bekraf, Yogyakarta mencatatkan diri sebagai kota yang paling banyak mendaftarkan startup-nya untuk pithcing.

“Ada 45 startup yang mendaftar, terbanyak di banding lima kota lain. Hal itu menunjukkan atmosfer ekosistem startup di Yogyakarta cukup baik. Jadi memang, Yogya itu Kota Startup,” kata Syaiful.

Perkembangan startup di Yogya juga tidak didominasi oleh satu bidang tertentu. Bidang-bidang seperti e-commerce, pendidikan, kesehatan, pertanian, serta sektor-sektor lain berkembang cukup baik di Jogja.

Kampus Perlu Penyesuaian

Dengan potensi sebesar itu, sayangnya, ekosistem startup di Yogya masih memiliki problem pemerataan kualitas. Hal itu dipicu oleh minimanya talenta teknologi yang mumpuni. Padahal, atmosfer pendidikan di Yogya sangat kuat.

“Karena itu, saya kira perlu adanya link and match (penyesuaian) kembali antara pendidikan di kampus dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar,” jelas Syaiful.

Jika hubungan antara pendidikan dengan permasalahan di masyarakat bagus, menurut Syaiful, solusi-solusi atas masalah yang ada akan mudah dicari. Kesesuaian antara dunia pendidikan dan kebutuhan pasar menjadi faktor penting dalam mewujudkan atmosfer sebuah kota yang ramah bagi para perusahaan-perusahaan rintisan.

“Dan solusi-solisi kreatif itu bisa menjadi bisnis. Startup dari Yogya harusnya ada yang jadi unicorn,” lanjutnya.

Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK Bekraf, Muhammad Neil El Himam, menyebut persoalan modal masih memerlukan jalan keluar lebih kreatif.

“Bekraf mengajak pelaku ekonomi kreatif agar memanfaatkan modal dari banyak jejaring. Baik dari pemilik modal atau pemerintah. Skemanya macam-macam, ada skema investasi, skema hibah, atau bantuan pemerintah, filantropi, dan skema pinjaman,” kata Himam.

Roadshow di UGM adalah roadshow GSI keenam setelah sebelumnya diadakan di Bandung, Medan, Surabaya, Makassar, dan Bali. Bekraf bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo), Amazon Web Services (AWS), Sucor Sekuritas, Kontrak Hukum dan Plug and Play Indonesia dalam menyelenggarakan roadshow di Yogya kali ini. (Widi Erha Pradana / YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *