Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni

Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni

Taman Budaya Yogyakarta (TBY) diramaikan oleh sekitar 20 anak-anak usia TK dan SD, Rabu (30/10) siang. Anak-anak berlarian saling bekejaran satu sama lain di ruangan besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam karya seni. Ya, di TBY memang tengah digelar pameran seni rupa yang diadakan oleh Biennale Jogja sampai akhir November nanti. Sebuah pemandangan cukup langka; pameran seni rupa diramaikan oleh anak-anak.

Sri Ratnasari, 33 tahun, adalah salah seorang ibu yang mengajak anaknya ke pameran seni rupa ini. Beberapa kali, dia memang kerap mengajak anaknya yang masih duduk di kelas nol besar ke pameran seni, terutama seni lukis.

“Karena anaknya emang suka,” kata Ratna.

Ketika baru sampai di lokasi pameran, Ratna mengatakan anaknya langsung asik bermain dengan teman-temannya. Kebetulan, Ratna datang bersama beberapa orangtua murid lain dari TK anaknya.

Pinto Widarmono, 43 tahun, datang bersama dua anaknya yang masih kelas 1 SD dan TK. Ini adalah kali pertama dia mengajak dua anaknya datang ke pameran seni. Sama dengan anak-anak lainnya, dua buah hati Pinto juga sangat ceria menjajal wahana-wahana bermain sederhana yang juga disediakan oleh panitia pameran.

“Padahal anak saya itu penakut. Jadi kalau ketemu banyak orang takut. Tapi itu seneng banget,” kata Pinto sembari menunjuk dua anaknya yang tengah asik bermain.

Pinto mengaku sengaja mengajak buah hatinya datang ke pameran agar tidak takut lagi bertemu dengan banyak orang.

“Ya biar lebih berani. Soalnya penakut banget, nggak percaya diri,” kata dia.

Menghargai dan Bergembira

Penanggung jawab program anak di Biennale Jogja V, Hindra Setya Rini mengatakan, orangtua ternyata juga perlu diedukasi sebelum mengajak si buah hati ke pameran seni. Terutama apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berada di tempat pameran.

“Karena nggak semua orangtua juga tahu ya peraturan melihat karya itu bagaimana, mengapresiasi karya itu seperti apa,” ujar Hindra.

Orangtua menurut Hindra harus mengajarkan kepada anak, misalnya soal tidak boleh memegang karya. Jadi, di sini orangtua harus bisa menjadi pemandu bagi si buah hati.

Menurut Direktur Eksekutif Biennale Jogja, Alia Swastika, ketika mengajak si buah hati ke pameran seni, orangtua harus bisa menciptakan suasana menyenangkan dulu. Artinya, mereka tidak perlu membebani anak-anaknya untuk mempelajari semua yang dia temui di pameran itu. Sehingga, anak akan merasa ruang pameran adalah tempat bermain yang menyenangkan.

“Jadi bagaimana anak-anak juga melihat proses belajar itu sebagai permainan. Jadi yang penting happy dulu, anaknya seneng,” kata Alia.

Untuk datang ke pameran seni, menurut Alia paling enak adalah datang beramai-ramai. Misalnya dengan mengajak ibu-ibu lain yang juga memiliki anak. Opsi lain adalah dengan datang rombongan bersama teman-teman sekolah si anak.

“Sehingga anak-anak jadi punya teman diskusi yang sebaya. Karena kalau anaknya sendirian itu kan seperti didikte ya,” kata Alia.

Padahal, yang diinginkan Alia adalah bagaimana anak-anak bisa belajar dari apa yang dia temui sendiri. Dengan mendikte anak-anak, misal tentang makna sebuah karya, itu justru akan membatasi ruang imajinasi mereka. Sebab, apa yang diartikan anak-anak menurut Alia akan berbeda dengan cara orang dewasa mengartikan sebuah karya seni.

Seni Membentuk Karakter Buah Hati

Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni
Anak-anak sekolah dasar Singapura saat mengunjungi pameran seni keramik di Museum Asian Civilitization Singapura pada tahun lalu. Foto oleh : Maya Vita

Hindra mengatakan bahwa seni merupakan salah satu medium anak untuk belajar. Seni menurutnya dapat melatih sistem motorik anak, entah itu dari proses si anak melukis, merangkai, maupun berimajinasi. Dengan melihat karya-karya visual yang sebelumnya belum pernah dilihat, anak-anak akan mendapatkan wawasan dan gagasan yang lebih luas.

Hindra yang juga sudah cukup lama berkecimpung di dunia anak-anak mengatakan bahwa seni banyak digunakan untuk keperluan di luar seni itu. Misal sebagai media belajar atau media konseling.

“Jadi seni itu luas, tidak melulu soal lukisan,” kata Hindra.

Alia juga mengatakan demikian, menurutnya seni sangat penting untuk membangun cara berpikir seorang anak. Jika anak dikenalkan dengan seni sejak dini, maka dia tidak memiliki pemikiran yang sempit. Sebab, di dalam seni tidak ada yang benar dan salah.

“Misal (gambar) gunung tidak harus dua. Matahari tidak harus di tengah gunung,” kata Alia.

Ketika anak-anak sering diajak ke pameran melihat karya-karya seni, mereka akan diajarkan bahwa kebenaran itu tidak tunggal. Mereka akan diajarkan bahwa setiap orang punya interpretasi sendiri akan sebuah kebenaran.

“Sehingga mereka bisa toleran juga terhadap perspektif dan cara pandang orang lain,” lanjutnya.

Nonton Pameran Lebih Penting dari Lomba

Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni
Pendamping anak di Kids Corner Biennale Yogya 2019. Foto dokumen Biennale Yogya.

Yang paling penting dalam mengajarkan seni kepada anak-anak menurut Alia adalah kontinuitas, alih-alih kompetisi. Sayangnya kebanyakan orangtua sekarang lebih suka menyuruh anaknya untuk menggambar dan mengikuti berbagai perlombaan ketimbang mengajak anak-anaknya datang ke pameran-pameran seni.

“Sebenarnya nonton pameran itu juga penting sebagai proses pembelajaran, ketimbang ikut lomba,” kata dia.

Muatan di dalam perlombaan adalah kompetisi; siapa yang paling bagus dari semua. Ini bertolak belakang dengan nilai-nilai seni yang dimaksud oleh Alia tadi, bahwa seni bersifat subyektif. Bukan siapa yang paling bagus, siapa yang juara pertama, lantas bisa disebut sebagai yang paling berbakat.

Kadang ada orang yang takut untuk datang ke pameran seni karena merasa dirinya tidak bisa memahami maksud suatu karya. Bagi Alia, seni bukanlah sesuatu yang sakral yang hanya boleh dipahami oleh orang-orang pintar yang punya pengetahuan dalam soal seni. Pemahaman akan seni bukanlah hal yang datang sekali secara instan, cara menumbuhkannya musti dengan sering-sering datang ke pameran-pameran seni.

“Semakin sering kita menonton, semakin kita akan mengerti. Karena itu adalah pengalaman,” kata Alia.

Sementara menurut Hindra, untuk mengenalkan seni kepada anak tidak bisa dilakukan dengan metode ceramah atau mendikte. Justru metode yang paling baik menurutnya adalah bagaimana agar anak belajar dari pengalamannya sendiri.

“Kalau kita ceramahin, misal ini nggak boleh lho gini-gini, sama anak sekarang itu kayaknya nggak bakalan masuk,” kata dia.

Menurutnya, akan lebih baik jika anak diajak untuk melihat sebuah karya seni dan membiarkannya berimajinasi. Yang tidak kalah penting adalah memberikan mereka ruang berpikir dan bertanya, sehingga pengetahuan si anak pun akan semakin luas.

Cara Biennale Mengajarkan Seni Kepada Anak

Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni
Karya anak-anak dipajang di Biennale Yogya 2019. Foto dokumen Biennale Yogya 2019.

Gelaran Biennale tahun ini memiliki perbedaan cukup mencolok dibandingkan gelaran-gelaran sebelumnya. Biennale kali ini memberikan ruang yang lebih luas kepada anak-anak melalui ruang ramah anak atau kids corner. Di tiap dinding, terdapat lukisan-lukisan tentang laut, ikan, pertanian, dan berbagai jenis hewan.

“Ini kami sesuaikan juga dengan tema Biennale tahun ini, yaitu pinggiran,” kata Hindra.

Di ruang ramah anak ini, nantinya anak-anak akan dibimbing untuk berproses dalam membuat sebuah karya seni. Misal pada minggu pertama, ada acara lokakarya membuat diorama dari barang bekas. Jika dilihat lagi, dinding-dinding yang ada di kids corner juga masih menyisakan ruang-ruang kosong dan gambar-gambar yang belum diwarnai.

“Karena kita konsepnya tumbuh ya. Nanti ke depan sampai acara ini selesai, anak-anak yang mengisi ruang-ruang kosong itu,” kata Hindra.

Lokakarya untuk anak digelar tiap pekan, tiap hari Minggu pukul 15.00 sampai 17.00. Selain lokakarya membuat diorama dari barang bekas, juga ada pelatihan membuat karya berbasis kardus bekas, membuat ekoprint, serta mendongeng menggunakan barang-barang di sekitarnya.

“Jadi nanti anak-anak yang mau ikut diminta bawa perkakas rumah tangga, sehingga nanti mereka tahu, o ternyata sutilnya ibunya bisa jadi ikan. Sehingga imajinasinya hidup,” lanjutnya.

Seni Jangan Khawatir

Yang Harus Mom Ketahui Sebelum Ajak Anak ke Pameran Seni
Ekspresi anak-anak di sebuah perhelatan seni di Jogja National Museum. Foto : dokumentasi Maya Vita

Kids Corner bukan satu-satunya yang disediakan oleh Biennale untuk memfasilitasi anak-anak mengenal seni. Biennale Yogya 2019 memiliki acara tur yang mengajak anak-anak untuk menonton pameran. Tentunya, karya yang ditunjukkan ke anak-anak adalah karya-karya yang temanya masih sesuai dengan usia mereka.

“Jadi kalau karya-karya yang tidak sesuai dengan anak-anak ya tidak (ditunjukkan) lah,” kata Hindra.

Sementara Alia mengatakan Biennale kali ini ingin menunjukkan bahwa jika sang buah hati menyukai dunia seni, orangtua tidak harus membelikan peralatan-peralatan yang mahal. Tapi bisa memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar mereka.

Orangtua juga diminta untuk mendukung sang buah hati ketika mereka menggemari dunia seni. Sebab, salama ini menurutnya banyak orangtua yang tidak rela ketika anaknya memilih terjun sebagai seniman.

“Karena dianggap nggak ada masa depannya, atau nggak jelas nanti pendapatannya gimana,” kata Alia.

Ketika kebanyakan orangtua berharap anaknya menjadi orang sukses, bisa kuliah di luar negeri, menjadi pendiri startup unicorn, atau menjadi pakar-pakar di berbagai bidang lain, Alia ingin menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah seseorang menjadi apa. Dia percaya, bahwa seni tidak memberikan dampak langsung kepada diri seseorang. Bisa saja hari ini kita menonton pameran tapi pengaruhnya baru terasa 10 atau 20 tahun kemudian.

“Mungkin anaknya secara ekonomi bukan orang yang sesukses Nadhiem Makarim atau siapa, tapi (karena seni) dia memiliki makna untuk orang lain. Membagi cerita, membagi pengalaman yang tidak dipikirkan orang lain,” lanjutnya.

Tapi, tenang saja Mom, seniman di Jogja, juga banyak yang kaya raya secara materi lho. Nah. (Widi Erha Pradana / YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *