Pemerintah Kuba mengirim brigade dokter dan perawat ke Italia untuk membantu tenaga medis lokal dalam peperangan melawan coronavirus di propinsi Lombardy. Inilah kali pertama Kuba mengirimkan kontingen medis daruratnya ke Italia, salah satu negara terkaya di dunia, yang menunjukkan betapa kuatnya jangkauan diplomasi medis negara kecil di kepulauan Karibia ini. Hari ini, Kuba telah menjalin kerja sama medis dengan 37 negara yang memiliki kasus COVID-19.
Dokter dan paramedis dari Kuba ini akan bergabung dengan puluhan dokter dari China yang sudah terlebuh dahulu datang di Milan, dan akan dikirim ke Bergamo, titik terparah di Lombardy.
Selain China dan Kuba, Rusia juga mengirimkan delapan brigade medis mereka, termasuk virologis mereka yang punya pengalaman langsung berhadapan dengan flu babi dan ebola. Selain itu, Rusia juga menyertakan unit peralatan disinfeksi yang selain mampu membersihkan peralatan medis, juga mampu mensterilkan gedung, kendaraan, dan ruang publik. Tiga negara dengan aroma komunis yang kental datang ke medan terburuk pandemik cironavirus di dunia.
Pasukan Jubah Putih
Pasukan berseragam putih dari Kuba ini dalam kondisi kesehatan yang prima dan dipastikan sudah melewati tindakan pencegahan dan keselamatan diri, menurut panjelasan dari Dr. Jorge Juan Delgado Bustillo, direktur Ministry of Public Health Central Medical Collaboration Unit. Dokter-dokter ini memiliki pengalaman berada di garis depan saat wabah kolera di Haiti dan ebola di Afrika Barat 10 tahun lalu. Demikian dikutip dari oncubanews.com.
Mereka tiba di Italia setelah permintaan bantuan yang dilakukan di wilayah ini karena kekurangan tenaga di rumah sakit, kata Giulio Gallera, penasehat kesehatan regional Lombardy.
“Personel dengan keahlian khusus ini sudah terlibat dalam perjuangan melawan ebola dan mengerti bagaimana cara menghadapi tipe penyakit semacam ini,” kata pejabat tersebut.
Gugus tugas ke Italia ini adalah kontingen keenam yang dikirim Kuba dalam beberapa hari terakhir untuk membantu penanganan COVID-19 di luar negeri. Asiatimes mencatat, sebelumnya, negara-negara sosialis aliansi mereka seperti Venezuela dan Nikaragua sudah terlebih dahulu menerima pasukan jubah putih Kuba, demikian juga Jamaika, Suriname dan Granada.
Revolusi Kesehatan Kuba
Kuba memiliki sistem pelayanan kesehatan yang bisa membuat semua negara yang pernah menjalin kerja sama dengan Uni Soviet iri, atau mungkin semua negara di dunia akan merasakan iri yang sama. Revolusi negara yang dikomandani Fidel Castro membawa perubahan yang drastis. Di fase awal kepemimpinannya, barak-barak militer diubah menjadi sekolah dan rumah sakit, membuka akses pendidikan dan kesehatan seluas-luasnya bagi rakyat dan gratis. Dalam etos sosialisme, mereka membangun sistem pendidikan yang memungkinkan siapa pun menjadi dokter.
Kuba memang mengalami kemunduran paska runtuhnya blok komunis. Banyak rumah sakit yang rusak dan negara kesulitan dalam obat-obatan, sebuah situasi yang disebut pemerintah akibat embargo dari Amerika Serikat, meskipun sebagian analisis menyebutnya sebagai akibat dari pila ekonomi yang salah dari negara Kuba sendiri.
Namun tetap saja, bahkan dengan semua sanksi ekonomi, hingga hari ini, Kuba adalah salah satu negara dengan rasio dokter per kapita teringgi di dunia dan terus mengirim pasukan medisnya ke luar negeri.
Sementara dalam negeri sendiri, Kuba juga dikenal sebagai negara yang siap siaga pada bencana. Sejauh ini memiliki 25 kasus coronavirus dan sudah menutup perbatasan, serta melakukan langkah-langkah penanganan untuk membendung penyebaran virus di negara seluas seratus ribu kilometer persegi lebih sedikit tersebut.
“Kami semua takut, tapi kami punya tugas revolusioner yang harus ditunaikan,” kata Leonardo Fernandez, seorang spesialis perawatan intensif berusia 68 tahun mengatakan pada Reuters sebelum keberangkatannya ke Italia. Misi kali ini adalah misi ke delapannya, sebelumnya dia pernah berhadapan dengan ebola di Liberia.
“Dia yang mengatakan bahwa dia tidak takut adalah seorang superhero, tapi kami bukan superhero, kami adalah dokter revolusioner,” lanjut Fernandez. (Anasiyah Kiblatovski/YK-1)