Bagi mahasiswa yang sedang kuliah dan ngekost di Jogja, bulan puasa tahun ini terasa lebih berat ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Karena pandemi COVID-19 para mahasiswa tak bisa pulang kampung berkumpul sanak saudara karena mudik sedang dilarang, pesawat, bus, dan kapal tak ada yang berjalan. Sementara, kiriman uang dari rumah tersendat karena orang tua pun sedang menghadapi masalah yang ekonomi karena pandemi
Sejumlah kampus mencoba mengurangi beban yang dirasakan oleh mahasiswa. Misalnya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mencoba mengurangi beban mahasiswanya yang masih di Jogja dengan menyediakan takjil untuk berbuka puasa dan menu sahur sepanjang bulan Ramadhan ini.
“Ini adalah bagian dari program UMY Mengabdi, jadi ini adalah agenda tahunan yang sudah bertahun-tahun kami lakukan,” ujar Kepala Humas dan Protokol UMY, Hijriyah Oktaviani, ketika dihubungi kemarin.
Sebelumnya, UMY juga telah membagikan 2.000 paket logistik untuk mahasiswanya yang masih tetap bertahan di Jogja saat pandemi. Untuk mendapatkan paket logistik, mahasiswa harus mendaftar dulu melalui sistem KRS online, data itu kemudian akan masuk ke database milik Biro Sistem Informasi UMY.
Mahasiswa tinggal menunjukkan kartu tanda mahasiswa (KTM) ketika melakukan pengambilan logistik, baik saat berbuka maupun sahur. UMY juga tidak membatasi mahasiswa rantau atau asli Jogja, yang penting dia adalah mahasiswa aktif UMY. Proses pengambilan logistik nantinya akan dilakukan secara drive thru, artinya mahasiswa tidak perlu turun dari kendaraannya. Untuk pengambilan takjil dibuka setiap hari sepanjang bulan puasa dari pukul 16.00 WIB sampai 17.00 WIB, sedangkan pengambilan logistik untuk sahur dibuka sejak pukul 02.00 WIB sampai 03.00 WIB.
“Sampai sekarang di database yang masuk ke kami untuk mahasiswa yang memilih paket buka puasa itu sekitar 1.280-an, sedangkan yang memilih paket sahur sampai hari ini ada 1.100 yang mendaftar,” lanjut Ria, sapaan Hijriyah.
Banyaknya mahasiswa yang masih bertahan di Jogja karena adanya pandemi, paket takjil dan sahur yang disiapkan tahun ini lebih besar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya, paket takjil yang disiapkan hanya di kisaran 800 sampai 1.000, sementara untuk paket sahur hanya di kisaran 300 sampai 500. Perkiraan, sampai pendaftaran ditutup, jumlah mahasiswa yang mendaftar bisa mencapai 1.800-an orang sedangkan untuk sahur bisa di kisaran 1.100 lebih.
“Iya betul (cukup besar anggarannya). Kalau kita hitung saja kasar kalau 1.800-an paket saja itu kan sudah 600-an juta sebulan. Sementara kalau paket sahur 1.000 saja itu sudah sekitar 300-an juta. Jadi ya Rp 1 miliar buat makan doang kali ya,” ujar Ria.
Beberapa kampus lain juga berusaha mengurangi beban mahasiswa rantau yang masih bertahan di Yogyakarta selama masa pandemi dalam bentuk pembagian paket sembako.
Universitas islam Indonesia (UII) beberapa hari terakhir sudah mulai membagikan paket sembako ini. Ada sekitar 1.000 paket sembako yang telah dibagikan, meski diprediksi mahasiswa UII yang masih bertahan di Jogja lebih dari itu karena tidak semua mahasiswa mendaftar untuk mendapatkan bantuan itu.
“Jadi saat ini kita fokusnya untuk pandemi ini dulu (belum ke bulan puasa). Kalaupun nanti ada tahap kedua, itu nanti tergantung masing-masing fakultas karena pendataannya itu di masing-masing fakultas sehingga pembagiannya tidak terpusat di tingkat universitas,” kata Ratna Pematasari, Kabid Humas UII sekaligus Ketua Pokja Komunikasi Publik Tim UII Siaga COVID-19.
Menurut Ratna, belum ada kebijakan terbaru soal bantuan untuk mahasiswa selama bulan puasa. Pasalnya, biasanya untuk bantuan seperti takjil dan sahur disiapkan oleh masing-masing fakultas di tiap masjid. “Tapi sekarang masjid kan juga sudah susah, beberapa kegiatan sudah tidak diperbolehkan,” ujarnya.
Pembagian paket sembako juga dilakukan oleh FT UGM dengan menggalang dana dari Keluarga Alumni Teknik UGM (Katgama). Penggalangan dana yang dimotori oleh Menhub Budi Karya Sumardi itu berhasil mengumpulkan dana hingga Rp 2,1 miliar lebih. Total, dari dana itu FT UGM telah membagikan 1.600 paket sembako kepada mahasiswa rantau yang masih di Yogyakarta serta masyarakat sekitar kampus.
Awalnya, FT UGM hanya memberikan bantuan berupa pulsa kepada mahasiswa selama masa study from home akibat pandemi virus corona. “Tapi ternyata kebutuhan bantuan logistik juga cukup banyak. Sehingga kita lakukan penggalangan dana dari para alumni dan mitra,” kata Dekan FT UGM, Prof Nizam, Senin (27/4).
Selain kepada mahasiswa mahasiswa, logistik juga didistribusikan kepada satpam yang bertugas di kampus serta karyawan lepas yang selama masa pandemi ini dinilai sangat membutuhkan bantuan. Selain disalurkan dalam bentuk sembako, dana yang terkumpul juga diarahkan dalam bentuk pengembangan karya dosen FT UGM untuk membantu penanganan pandemi COVID-19 di tengah masyarakat.
“Melalui dana pengabdian kepada masyarakat yang dikelola FT UGM dan fund raising, lebih banyak karya yang dapat disumbangkan,” katanya.
Nizam menyebutkan, saat ini sudah dihasilkan 1.000 faceshields, 1.500 masker dengan micro filter, 500 coverall APD, 15 portable sink yang dipasang di pasar dan fasilitas umum, pembuatan ultra violet sterilisasi alat medis, 1.000 liter disinfektan, 500 liter hand sanitizer, pembuatan prototype ventilator, serta berbagai alat-alat kesehatan lainnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)