Pada Kamis 21 Mei 2020, pertambahan jumlah kasus positif COVID-19 di Republik Indonesia mencatatkan pertambahan tertingginya selama ini yakni bertambah 973 kasus terkonfirmasi positif dalam satu hari.
Koordinator Respons COVID-19 Indonesia, Mardhani Riasetiawan mengatakan bahwa angka penambahan hari Kamis (21/4) adalah data awal menuju gelombang kedua dimana gelombang pertambahan kasus akan menunjukan grafik tak tentu tapi dalam level yang tinggi.
“Dengan bahasa lain, grafik masih akan naik turun tapi dalam ‘new level’ angka pertambahan yang tinggi, yang biasanya per hari antara 100-500 kasus per hari akan bergeser ke sekitar 600-1200 per hari,” papar Mardhani yang juga dosen Ilmu Komputer FMIPA UGM, Jum’at (22/5) pagi.
Respon COVID-19 Indonesia merupakan inisiasi kerjasama Lab Riset Sistem Komputer dan Jaringan, DIKE FMIPA UGM, dan Start Up Widya Analytic.
Pertambahan yang berjumlah hampir 1000 kasus ini, jika menggunakan asumsi masa inkubasi, menurut Mardhani, mengkonfirmasikan kondisi pada minimal 10-14 hari yang lalu. Yang artinya, pada 10-14 hari yang lalu terdapat suatu event yang menyebabkan sekian banyak orang terpapar covid-19 di suatu lokasi atau banyak lokasi.
Dari analisis yang dibuat pada Respon COVID-19 Indonesia pada kurun waktu tersebut terdapat pemantik berupa informasi/wacana relaksasi PSBB dan pelonggaran terhadap beberapa aktivitas kerumunan baik secara formal maupun informal.
Sebagai contoh kerumumunan suatu gerai cepat saji di Jakarta, beberapa mall yang kembali diserbu pengunjung, longgarnya penerapan physical distancing di pasar tardisional di sejumlah daerah termasuk Jawa Timur dan lainnya. Kemudian juga adanya arus mobilisasi manusia melalui jalur udara yang menyababkan antrian panjang di salah satu bandara besar di Indonesia, plus mulai leluasanya orang bepergian ke luar kota melalui jalur udara, darat dan laut. Meskipun penyekatan dilakukan, kedisiplinan masyarakat dengan mengakali transportasi agar sampai tempat tujuan dilakukan dengan peuh kreatifitas.
“Dan saat ini kita akan menghadapi potensi pemantik yang lebih besar yaitu perayaan Idul Fitri, yang seharusnya menjadi momentum kita untuk menang melawan COVID-19 ini, bisa jadi akan menjadi momentum pertambahan yang lebih besar jika tidak mewaspadai dengan baik,” kata Mardhani.
Potensi kerumunan besar pada saat Idul Fitri akan terjadi di sangat banyak titik, mobilisasi warga yang makin kerap, dan kontak fisik yang berpotensi terjadi dengan jarak fisik yang akan terlanggar. Kapasitas tenaga medis juga makin turun karena kelelahan fisik, jumlah orang, dan karena kapasitas yang digunakan makin besar.
“Kami memprediksi situasi beberapa hari ke depan ini akan menjadi situasi yang akan memberikan resiko besar di masa mendatang, sehingga sangat diperlukan kewaspadaan dari sisi teknis tanggap darurat, analisis data, dan kampanye untuk terus meningkatkan kewaspadaan di masyarakat,” papar Mardhani. (ESP / YK-1)