Pendiri Startup Jogja Membincang Profesi Menjanjikan di Era Digital

startup jogja berbincang tentang profesi di era digital

Perkembangan teknologi di era digital disebut-sebut akan membuat banyak profesi maupun bidang usaha mengalami disrupsi. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, banyak pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia akan digantikan oleh robot. Kendati demikian, era digitalisasi ini juga akan melahirkan sektor-sektor usaha maupun profesi baru.

Dhimas Bayu Aji Pamungkas, co-founder WaktuKita.com, sebuah startup yang bergerak di bidang edukasi teknologi, mengatakan sejumlah profesi baru tersebut di antaranya data analis, digital marketing, desain produk, dan sebagainya.

“Jadi potensinya sangat besar, apalagi startup semakin banyak, demand terus meningkat, namun talent kita masih sangat sedikit,” ujar Dhimas setelah acara talk show yang diselenggarakan oleh WaktuKita di Block71 Yogyakarta, Kamis (30/1).

Berkembangnya teknologi digital tak seharusnya menjadi momok, melainkan harus dilihat sebagai peluang. Menurutnya, di era digital seperti sekarang, orang-orang akan dipaksa untuk lebih kreatif dan selalu berinovasi agar bisa tetap bersaing

Digital Marketing

dhimas aji co-founder waktukita
Dhimas Bayu Aji Pamungkas, Co-Founder WaktuKita.com. Foto : Widi Erha Pradana

Di Yogyakarta, kebutuhan tenaga digital marketing kata Dhimas cukup besar, namun talent yang kompeten masih sangat minim. Hal ini harus bisa dilihat sebagai sebuah peluang, sebuah potensi pekerjaan yang menjanjikan.

“Jadi banyak demand-nya, banyak lowongan, tapi talent-nya enggak ada. Kalaupun ada mereka enggak fit sama industri,” ujarnya.

Digital Marketing startup Software Seni, Rian Romadhon, juga mengatakan potensi digital marketing saat ini sangat besar. Hal itu karena sampai sekarang masih banyak orang yang berpikir digital marketing sekadar soal melakukan promosi lewat media sosial. Padahal, digital marketing jauh lebih luas dari itu, media sosial menurutnya hanya 5 persen dari digital marketing.

“Bahkan sebenarnya ketika kamu mau masuk ke dunia digital marketing, kamu harus suka banget sama dunia digital dan data,” ujar Rian.

rian romadhon software seni
Digital Marketing startup Software Seni, Rian Romadhon. Foto : Widi Erha Pradana

Beberapa tugas pokok seorang digital marketing di antaranya membuat search engine optimization (SEO), campaign, serta membuat konten promosi atau sebagai content creator. Dengan digital marketing, sebuah perusahaan dapat mengetahui bagaimana karakteristik dari pelanggannya dengan cara menganalisis kebiasaan atau tingkah laku mereka melalui google analytics maupun peralatan sejenisnya.

Bagi seorang digital marketing, dinamisnya platform digital menjadi salah satu tantangan terbesar. Misalnya, dalam setahun terakhir media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram, namun setahun ke depan bisa jadi Tik Tok menggantikan posisi Instagram.

“Kita enggak pernah tahu. Dan sebagai digital marketing, seharusnya sih kalian menjadi orang pertama yang tahu akan perpindahan itu,” lanjutnya.

Ketika seorang digital marketing membaca kebiasaan customer di digital, dia akan melihat apa yang sedang menjadi tren di tengah masyarakat. Dari situ dia bisa tahu bagaimana perilaku atau cara konsumsi masyarakat.

“Ketika ada tren perubahan, itu kan akan turun ya grafiknya. Nah ketika mau turun itulah orang digital marketing harus tahu ke mana orang-orang itu pergi,” jelasnya.

Dia memprediksi, dalam setahun ke depan Instagram masih menjadi salah satu media yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Hanya saja akan terjadi perubahan isi konten, dari yang semula video menjadi audio karena mobilitas masyarakat yang semakin tinggi.

Data Scientist

tuti purwaningsih data science indonesia
Co-Founder Data Science Indonesia, Tuti Purwaningsih. Foto : WIdi Erha Pradana

Peluang lain yang tak kalah menjanjikan adalah menjadi seorang data scientist. Co-Founder Data Science Indonesia, Tuti Purwaningsih, mengatakan dengan berkembangnya era digital, ke depan kebutuhan data scientist akan semakin besar. Hampir setiap sektor nantinya akan sangat bergantung pada data sains, mulai dari pemerintahan, industri, pertanian, terlebih dengan semakin banyaknya startup-startup baru yang lahir.

>“Jadi kebutuhan untuk data scientist itu akan sangat tinggi, diproyeksikan kebutuhan data scientist kita pada 2030 itu mencapai 9 juta,” ujar Tuti.

Padahal, jumlah perguruan tinggi dengan jurusan yang berhubungan dengan pengelolaan data sains masih sangat terbatas. Tuti mencoba menghitung secara kasar, berapa sarjana yang menguasai bidang data sains yang lulus setiap tahunnya.

Seumpama ada 50 perguruan tinggi yang memiliki jurusan yang sesuai dengan pengelolaan data sains seperti statistika dan komputer sains, dan jika setiap kampus dapat meluluskan 100 data scientist setiap tahun, itu artinya hanya ada 25.000 data scientist yang dihasilkan perguruan tinggi dalam setahun. Artinya, hingga 2030, jumlah data scientist yang dihasilkan oleh perguruan tinggi baru mencapai 250.000, jauh dari kebutuhan yang diperkirakan yakni 9 juta.

Untuk menutup kekurangan itu, Tuti menjelaskan perlunya sebuah terobosan berupa pembelajaran daring. Data scientist tak melulu harus sarjana ilmu statistika atau komputer sains, melainkan siapa saja yang punya keinginan kuat untuk belajar tentang data sains.

Dengan adanya pembelajaran daring, setiap orang bisa lebih leluasa dalam belajar data sains. Kendati demikian, pembelajaran luring atau offline juga tetap diperlukan. Yang paling ideal menurutnya adalah menggabungkan keduanya, baik daring maupun luring.

“Yang harus dikuasai oleh data scientist itu statistika ya, itu yang paling core. Kemudian juga dia perlu belajar programming language, dua itu menurutku yang harus dikuasai,” lanjutnya.

Sekarang, ada dua bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan oleh data scientist, yakni bahasa R dan Phyton. Namun dia bebas menggunakan bahasa apa saja, karena pada akhirnya yang akan digunakan adalah modeling hasil permograman dia.

Product Designer

rayi christian desainer produk sorabel
Desainer Produk Sorabel, Rayi Christian. Foto : Widi Erha Pradana

Bidang desain produk juga digadang-gadang akan menjadi salah satu profesi yang potensial di era digital ini. Desainer Produk Sorabel, Rayi Christian mengatakan saat ini banyak aplikasi-aplikasi yang dibangun tidak terlalu sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jika jeli, situasi seperti itu sebenarnya bisa menjadi sebuah peluang yang menjanjikan bagi seorang desainer produk.

“Jadi desainer produk ini sangat penting, karena dia menjadi jembatan antara user dengan perusahaan. Kalau desainnya enggak sesuai user, enggak tahu usernya siapa, itu bagaimana kita bisa menghasilkan profit?” ujar Rayi.

Selain kemampuan mendesain, ada beberapa kemampuan lain yang wajib dimiliki oleh seorang desainer produk. Pertama yakni kemampuan riset, meliputi kemamuan pengguna, perilaku pengguna, serta interaksi yang terjadi di aplikasi atau website.

Selain kemampuan riset, kemampuan penyelesaian masalah dan cara berpikir kritis juga menjadi modal penting bagi seorang desainer produk.

“Dimana critical thinking itu bisa hadir ketika kita sering latihan,” lanjutnya.

Tantangan terberat sebagai seorang desainer produk menurut Rayi adalah bagaimana membedah dari sekian banyak masalah, masalah mana yang sebenarnya menjadi akarnya. Karena pada dasarnya, mencari ide dan solusi kata dia jauh lebih mudah ketimbang mencari akar permasalahan.

“Jadi bikin desain grafis itu porsinya justru sekitar 30 persen saja. Tapi sebenarnya di balik itu ada yang lebih besar lagi, seperti merancang konsep dan strategi, menganalisis dan menyelesaikan masalah,” jelas Rayi. (Widi Erha Pradana/YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *