Membangun Pertahanan Desa di DIY terhadap COVID-19 dengan Deskatavid

Membangun Pertahanan Desa di DIY terhadap COVID-19 dengan Deskatavid

Selasa, 7 April 2020, sekitar pukul 06.00 pagi seorang pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUP Dr Sarjito meninggal dunia. Namun proses pemakaman tidak bisa segera dilakukan karena belum adanya kesepakatan lokasi pemakaman.

Berjam-jam menunggu musyawarah antara keluarga, rumah sakit, dan pemerintah, keputusan tak kunjung didapatkan. Siang hari, musyawarah panjang itu akhirnya berbuah hasil. Dinas Sosial menyediakan tempat pemakaman di Makam Sosial Sidikan, Umbulharjo.

Prosedur yang rumit membuat pemakaman mendiang tak jadi dilakukan di Makam Sosial Sidikan, namun dipindah ke TPU Madurejo, Prambanan, Sleman sekitar pukul tiga sore.

“Kalau prosedurnya jelas kan langsung selesai masalahnya,” ujar Koordinator Posko Pendukung Operasi Gugus Tugas COVID-19 DIY, Indrayanto saat ditemui di sekretariat Posko di BPBD DIY, Kamis (9/4).

Indrayanto meyayangkan masih adanya kendala-kendala teknis seperti proses pemakaman jenazah pasien dengan gejala COVID-19 yang terjadi. Menurutnya, proses penentuan lokasi pemakaman seharusnya tidak sampai membuat jenazah pasien menunggu terlalu lama untuk dimakamkan.

“Kan kasihan, keluarga ndak bisa nemenin, proses pemakamannya tertunda pula. Masalah itu mudah selesai karena purnawirawan, kalau warga biasa ya bisa lebih komplek,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang ada di lapangan, Posko Pendukung Operasi Gugus Tugas Covid kini sedang gencar-gencarnya menyosialisasikan program Desa Kampung Tangguh COVID-19 (Deskatavid). Tentu, proses pemakaman jenazah hanya sebagian kecil persoalan yang ada di dalamnya.

Deskatavid memiliki tujuan lebih besar yakni untuk memperkuat komunitas masyarakat paling kecil, yakni di tingkat RT/RW dan desa atau kampung agar siap mencegah persebaran virus di wilayahnya. Deskatavid merupakan pedoman masyarakat di desa tentang apa yang seharusnya mereka lakukan di situasi pandemi.

Memperkuat Pertahanan di Desa

gugus tugas diy
Koordinator Posko Pendukung Operasi Gugus Tugas COVID-19 DIY, Indrayanto. Foto : Widi Erha Pradana

Rabu (8/4) kemarin, nyaris seharian Indrayanto menghabiskan waktu di Desa Wonokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Bersama sejumlah tim yang dibawa dari Posko Pendukung Operasi Gugus Tugas COVID-19 DIY, Indra tengah melakukan pengambilan gambar tutorial Deskatavid.

Meski sudah ada materi panduan penanganan COVID-19 di tingkat RT sampai desa dalam bentuk power point, namun hal itu dirasa belum cukup untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. “Susah juga, siapa yang mau baca 30-an halaman, jadi kita buatkan dalam bentuk video agar pesannya bisa lebih sampai ke masyarakat,” ujar Indra.

Selain rumah sakit, desa adalah medan perang utama untuk memutus rantai persebaran virus corona. Karena itu, Indra mengatakan penguatan di tingkat desa sangat perlu ditingkatkan. “Apa lagi sudah mulai banyak pemudik yang pulang kampung,” ujarnya.

Selain itu, meningkatnya kasus pandemi di wilayah DIY juga membuat peran serta masyarakat, dari kelompok terkecil –RT/RW atau desa—harus mulai memberdayakan diri. Mereka diharapkan bisa sigap, jika nantinya wabah mulai masuk ke wilayahnya.

Adanya peran serta dari kelompok masyarakat terkecil, maka penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat. “Sehingga bisa memutus rantai penularan dan mencegah korban jiwa lebih banyak,” kata Indra.

Saat ini adalah momentum yang tepat untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui Deskatavid. Dengan semua yang terjadi, masyarakat sudah mulai sadar akan situasi yang ada sekarang.

Namun kesadaran saja tak cukup, masyarakat juga harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai untuk mencegah tindakan reaksioner dalam menangani pandemi. Deskatavid inilah alat untuk masyarakat dalam mempersiapkan diri mengatasi wabah. “Karena kalau hanya mengandalkan negara, ndak akan bisa,” lanjutnya.

Yang Harus Dilakukan oleh Desa sampai RT

Di dalam Deskatavid, dijelaskan secara detail apa yang seharusnya dilakukan oleh mastarakat di tingkat RT/RW dan kampung atau desa. Misalnya ketua RT/RW atau desa harus membuat sejumlah aturan seperti wajib lapor jika ada tamu yang menginap di rumah warga, ada warga yang mengalami gejala mirip COVID-19, ada warga yang menjadi ODP atau PDP, sampai melarang warga untuk berkumpul di luar rumah.

Pembentukan bidang-bidang penanganan COVID-19 di tingkat RT/RW maupun desa juga harus dilakukan, meliputi bidang komunikasi, kesehatan, operasi, logistik, serta keamanan. Tiap bidang memiliki tugas masing-masing.

“Dan semua tugasnya sudah tersedia secara detail di dalam Deskatavid,” ujar Indra.

Selain itu, di dalam Deskatavid juga terdapat prosedur penanganan warga ODP maupun PDP. Mulai dari bagaimana mengantar ODP atau PDP ke rumah sakit jika tidak ada ambulans, saat tiba di rumah sakit rujukan, sampai dia pulang setelah mengatar pasien.

Panduan penanganan ODP/PDP yang dikarantina mandiri juga sudah tersedia di dalam Deskatavid, baik selama masa perawatan atau karantina maupun ketika dia sudah sembuh. Bahkan panduan disinfektan, panduan naik ojek motor atau mobil, panduan masuk rumah seusai bepergian, sampai panduan pemakaman pasien dengan gejala COVID-19 juga sudah tersedia di dalam Deskatavid.

“Dan yang penting juga, jangan sampai ada stigma terhadap orang yang sedang dikarantina. Justru warga itu seharusnya ikut membantu menyediakan setiap kebutuhan dia seperti makanan dan sebagainya. Tentunya harus mematuhi protokol yang sudah ada,” lanjut Indra.

Sistem Aplikasi Digital

Untuk memudahkan pemantauan di tingkat desa, saat ini BPBD DIY sedang membangun sebuah aplikasi digital bagian dari Deskatavid. Aplikasi pertama yang siap digunakan adalah Pamor Mobile yang merupakan sistem pelaporan untuk masyarakat maupun relawan di lapangan. Aplikasi ini sudah tersedia di Google Play Store, meski sekarang masih dalam tahap penyempurnaan.

Nantinya, masyarakat maupun relawan akan melaporkan setiap kejadian yang ada di tempatnya melalui aplikasi ini. Dengan adanya laporan dari masyarakat, maka tim di Posko Pendukung Operasi Gugus Tugas COVID-19 DIY dapat memberikan rekomendasi untuk petugas yang ada di lapangan.

Posko pendukung ini juga sedang membangun aplikasi digital yang berfungsi untuk mempermudah komunikasi dan pengendalian petugas yang ada di lapangan seperti Babinsa dan Babinkamtibmas. Melalui aplikasi ini, setiap peristiwa yang dilaporkan melalui Pamor Mobile maupun Call Center dapat dipantau dengan lebih mudah.

“Misal di kasus keributan penolakan jenazah, maka yang di sini akan langsung menghubungi Babinsa setempat. Babinsa dengan aplikasi itu langsung menginformasikan,” kata Koordinator Bidang Perencanaan Posko Pendukung Gugus Tugas COVID-19 DIY, Arman Nur Effendi. “Di layar sini langsung bisa dilihat proses penyelesaiannya bagaimana.”

Dengan begitu, tim yang memantau di posko bisa langsung segera mencarikan solusi, di mana jenazah bisa dimakamkan.

“Jadi penyelesaian masalah yang ada di tingkat rt atau desa bisa lebih efisien, tidak harus menunggu terlalu lama. Kita usahakan aplikasi dalam 2 pekan depan bisa meluncur. Kita tunggu acc dari Tim Gugus Tugas, kita ingin cepat karena kita yang di lapangan sudah gelisah sekali melihat keadaan,” jelas Arman yang diulang dan ditegaskan oleh Indra pentingnya gerak cepat menghadang COVID-19.

“COVID tidak bisa ditunggu tapi dihadang di depan,” tandas Indra. (Widi Erha Pradana / YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *