Kebenaran Tentang Nasib Kucing di Tengah Pandemi Corona

Ada begitu banyak respon membabibuta mengenai kabar kucing dan virus corona. Kucing ternyata bisa tertular virus corona dan kucing bisa menularkan virus corona pada manusia. Dua kabar ini tentu saja kabar yang sangat jauh berbeda derajat kegentingannya. Membutuhkan penelitian yang banyak untuk pernyataan yang pertama dan memerlukan lebih banyak lagi untuk dugaan yang kedua. Tapi kebenaran selalu menjadi sebuah hal yang sederhana: bahwa hewan peliharaan, termasuk tentu saja kucing adalah sahabat paling penting bagi manusia di masa-masa sulit.

Setelah kucing di Hongkong dan Belgia, kabar terakhir mengenai kucing yang tertular virus corona muncul di New York, AS. Pada 22 April lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa ada 2 kucing peliharaaan yang positif corona. Kucing satu kemungkinan tertular dari pemiliknya yang mengidap corona tetapi kucing kedua belum diketahui bagaimana ia tertular corona sebab tak ada satupun anggota keluarga pemilik kucing tersebut yang didiagnosa corona.

Para ahli mengatakan penting untuk mengetahui bahwa kasus kucing peliharaan yang tertular coronavirus sesungguhnya sangat jarang. Di dunia, hanya ada sangat sedikit kasus kucing domestik yang dikonfirmasi tertular.

Dan terlebih lagi, CDC mengatakan bahwa saat ini tidak ada bukti bahwa penyakit itu dapat menyebar ke arah yang sebaliknya — dari kucing peliharaan ke manusia.

“Ini hampir secara eksklusif penyakit menular dari manusia ke manusia,” kata Michael San Filippo, juru bicara American Veterinary Medicine Association, mengatakan kepada jaringan NBC.

San Filippo menjelaskan bahwa resiko virus corona terhadap hewan peliharaan sangat rendah, dengan hanya beberapa kasus virus yang muncul pada hewan peliharaan, dan terlebih tidak ada kasus orang yang kemudian tertular dari hewan peliharaan mereka.

“Banyak penyakit manusia lainnya, termasuk flu biasa, tidak menimbulkan ancaman bagi hewan peliharaan karena virus ini memang sangat spesifik hanya menyerang manusia dan tidak dapat menginfeksi hewan,” jelasnya.

Penelusuran pada laman WHO sebagai rujukan utama mengenai virus corona, tampak bahwa WHO lebih berhati-hati dengan isu ini.

Meski WHO menggarisbawahi ketiadaan bukti penularan corona dari kucing ke manusia namun WHO masih merekomendasikan untuk orang yang sakit dengan COVID-19 dan orang-orang yang berisiko, membatasi kontak dengan hewan peliharaan.

“Saat menangani dan merawat hewan, langkah-langkah kebersihan dasar harus selalu dilaksanakan. Ini termasuk mencuci tangan setelah memegang hewan, makanan, atau persediaan mereka, serta menghindari ciuman, menjilat, atau berbagi makanan,” demikian bunyi keterangan WHO.

Rumor Bekerja Lebih Cepat

Andai dunia bekerja dengan terus merujuk pada saran ahli, virus corona kemungkinan besar tidak akan pernah lahir. Alam raya seisinya hidup berdampingan dan saling berbagi kasih sayang.

Kenyataannya, rumor sering bekerja lebih cepat dari penjelasan para pakar. Entah bagaimana kerja otak manusia, respon terhadap rumor secepat kilat melahirkan sisi manusia yang selfish dan menyedihkan.

Di China kucing dilempar ke jalan raya dari lantai atas apartemen karena rumor kedua binatang paling dekat dengan manusia itu bisa menularkan virus corona pada manusia.

Di Libanon, kucing banyak diperangkap dengan racun tikus dan dibiarkan mati dengan muntah darah di jalanan. Banyak warga melaporkan kehilangan binatang peliharaan mereka dan kemudian menemukannya sudah dalam keadaan mati mengenaskan.

Rumor penularan virus corona dari hewan peliharaan ke manusia di Lebanon telah bergerak lebih jauh dengan tak hanya membuang kucing peliharaannya sendiri namun mendorong operasi pembunuhan pada sembarang kucing.

Masalah Sesungguhnya

Kekejaman yang lahir pada hewan peliharaan menjadi masalah hukum yang serius. Polisi bertugas memastikan apa yang terjadi di China dan Libanon harus berhenti dan pelakunya harus berhadapan dengan konsekuensi.

Tapi ada banyak masalah lain yang menimpa hewan peliharaan karena konsekuensi dari kesusahan manusia yang harus menghadapi beratnya masalah yang lahir dari pandemi.

Di New York, pandemi mengakibatkan shelter penampungan hewan kesulitan memberi makan karena donasi yang biasanya menjadi andalan tiba-tiba berhenti datang. Penampungan hewan sedang mempersiapkan kemungkinan penutupan jika kasus coronavirus meroket. Skenario terburuk, jika kebutuhan makan tak juga mendapat jalan keluar, binatang yang berada di penampungan akan didistribusikan untuk ditampung di rumah setiap daftar sukarelawan.

Masalah juga menimpa pada anjing dan kucing peliharaan yang tak bisa memeriksakan diri ke dokter hewan karena tingginya kasus positif corona di sana memaksa dokter hewan untuk membatasi kunjungan konsumen. Seperti di Indonesia, jumlah pengujian COVID-19 pada penduduk di sana juga sedikit, bedanya kasus positif dan meninggal dunia tinggi sekali, jauh lebih tinggi dari Indonesia.

“Saat ini, kantor dokter hewan tidak bisa sepenuhnya buka,” kata Dannel Davis, dokter hewan yang memiliki Rumah Sakit Hewan Astoria kepada media lokal, “semuanya berhenti (beroperasi), jadi lindungi hewanmu. Rawat segala sesuatu yang Anda sayangi, lebih baik lagi.”

Mengandalkan Diri Sendiri untuk Sahabat di Masa Sulit

Saat kepastian kapan berakhirnya masa pandemi COVID-19 belum sepenuhnya jelas, tidak ada yang lain yang bisa diandalkan untuk memastikan binatang kesayangan kita selalu dalam keadaan sehat.

Dannel Davis mengatakan bahwa di luar kesehatan dan pangan untuk manusia dalam masa pandemi ini, hewan peliharaan adalah sahabat penting selama masa-masa sulit.

“Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa ada binatang di sekitar saya. Jadi meski sulit mengakses dokter hewan, ini saatnya Anda lebih dekat dengan kucing Anda,” kata Davis.

Dalam keadaan serba terbatas dan harus mengandalkan diri sendiri untuk memastikan hewan peliharaan selalu dalam kondisi terbaik, asupan yang tepat adalah jawaban praktis yang bisa diandalkan.

Zakaria Achmad, Product Manager WookuWooku Advanced Pet Nutrition mengatakan ada 2 masalah utama dalam pemenuhan asupan yang tepat bagi binatang peliharaan di rumah di situasi pandemi saat ini.

Pertama adalah pengeluaran dari pemilik binatang yang harus ditekan karena situasi ekonomi tak sebaik biasanya. Konsekuensinya, kucing misalnya, yang biasanya mendapatkan makanan terbaik terpaksa diturunkan standard makanannya.

Hal itu membawa masalah kedua yakni kucing tidak mendapat asupan nutrisi yang dia butuhkan padahal ia harus terhindar dari sakit karena akses ke dokter hewan tak seaman dan semudah biasanya. Akibatnya, bulu kucing bisa rontok, diare, atau masalah lainnya.

“Turunan masalahnya menjadi makin pelik, karena kucing makin rentan terhadap serangan virus,” kata Zakaria.

Dengan teknologi Jepang yang dikerjakan oleh profesor ahli kultur mikrobakteriologi, Zakaria dan tim meluncurkan probiotik Wookuwooku pada awal April ini untuk ikut memecahkan masalah kucing di kala pandemi.

probiotik untuk kucing di tengah pandemi
Wookuwooku probiotik untuk kucing diluncurkan pada awal April ini.

Dengan probiotik yang tepat seperti Wookuwooku, pengeluaran makanan bagi kucing kesayangan menjadi lebih hemat.

“Tidak perlu lagi beli pakan mahal, kucing ras misalnya yang pakannya mahal-mahal itu dengan Wookuwooku cukup diberi makan biasa saja sudah cukup karena nutrisinya sudah dipenuhi oleh probiotik Wookuwooku,” jelas Zakaria.

Berisi probiotik yang berisi bakteri hidup yang mampu membuat sistem pencernaan menyerap nutrisi secara sempurna, Wookuwooku akan meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh kucing terhadap serangan penyakit dan virus.

“Cukup satu tetes setiap hari sudah cukup untuk menghindarkan kucing kesayangan dari jadwal periksa ke dokter hewan,” kata Zakaria.

Tak ada yang lebih benar untuk dilakukan di masa pandemi kecuali menjaga kesejahteraan manusia dan binatang peliharaannya. Wookuwooku diciptakan untuk menyeimbangkan keduanya.

“Hanya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dasar perawatan hewan. Wookuwooku hemat bagi masyarakat dan optimal untuk nurtrisi kucing kesayangan,” pungkas Zakaria. (Adv/YIA)

Bekerjasama dengan Wookuwooku artikel ini bagian dari usaha untuk terus mengawal nasib kucing di tengah pandemi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *