Kata Kurator Senjata Museum Sonobudoyo Soal Keris Nogo Siluman Diponegoro

Kata Kurator Senjata Museum Sonobudoyo Soal Keris Nogo Siluman Diponegoro

Kerajaan Belanda telah secara resmi menyerahkan sebilah keris yang diklaim sebagai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro pada Maret ini. Namun, apakah benar bahwa keris tersebut adalah keris Nogo Siluman justru memantik kontroversi di tengah masyarakat.

Kurator Senjata Museum Sonobudoyo, RM Sumitro, salah satu yang meyakini bahwa keris yang dikembalikan Belanda tersebut benar keris Nogo Siluman meski menurutnya sulit untuk memastikan apakah keris tersebut benar milik Pangeran Diponegoro.

“Kita ndak bisa memastikan itu punya Diponegoro atau bukan, butuh penelitian yang panjang. Tapi dari wujud fisiknya jelas itu Nogo Siluman,” katanya.

Hal itu dilihat dari bentuk gandiknya yang berupa kepala naga namun ekornya tidak terlihat. Berbeda dengan Nogo Sosro maupun Nogo Lare. Nogo Lare juga berbentuk kepala naga, namun terlihat ekornya sedikit. Sementara Nogo Sosro akan terlihat badannya secara penuh.

Dari tangguhnya, Keris Nogo Siluman termasuk tangguh Mataram. Ciri-cirinya, ukuran bilahnya agak besar dengan warna besinya hitam agak kehijau-hijauan.

Sebagai Piandel Raja

Kata Kurator Senjata Museum Sonobudoyo Soal Keris Nogo Siluman Diponegoro
Keris yang disebut sebagai keris Nogo Siluman yang dikembalikan kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Foto: dokumen Sri Margana

Sumitro mengatakan ada tiga keris milik Pangeran Diponegoro yang sudah berhasil ditemukan, yakni Nogo Siluman, Setan Kober, dan Sengklat. Keris Setan Kober adalah keris yang paling sering dipakai oleh Pangeran Diponegoro.

Menurut Sumitro, Keris Nogo Siluman memang diperuntukkan sebagai ageman raja dan keluarganya. Fungsi dasarnya sebenarnya bukan untuk persenjataan, melainkan sebagai piandel.

“Piandel itu untuk benteng diri. Kekuatan jiwa dan raga, itu namanya piandel,” jelas Sumitro.

Piandel ini akan memberikan kekuatan khusus bagi yang menggunakannya. Misalnya bisa kebal, tidak mempan terkena senjata tajam.

“Makanya Diponegoro kan sulit ditangkap, pasti hilang-hilang terus,” lanjutnya.

Keris Nogo Siluman memang kerap diduplikasi, biasanya digunakan oleh keluarga raja. Dalam dunia perkerisan, duplikasi ini disebut dengan mutrani.

“Jadi satu untuk raja, kerisnya itu lain, diistimewakan. Nanti untuk keluarga raja, itu juga diberi, tapi itu yang putran,” ujarnya.

Simpan di Museum

Kata Kurator Senjata Museum Sonobudoyo Soal Keris Nogo Siluman Diponegoro
Keris yang diyakini sebagai keris Nogo Siluman Pangeran Diponegoro dipamerkan di Istana Negara. Foto : Pramono Anung

Menurut Sumitro, keris Nogo Siluman yang disebut-sebut sebagai milik Pangeran Diponegoro itu seharusnya disimpan di museum, bukan di istana presiden. Pasalnya, ketika disimpan di museum perawatannya terjamin dengan tenaga yang memang sudah profesional.

Apalagi Pangeran Diponegoro adalah sosok pahlawan nasional besar. Jika keris peninggalannya disimpan di museum, maka akan lebih banyak orang yang bisa mengaksesnya untuk meneladani sosoknya. Lain jika keris itu disimpan di istana presiden, maka tidak semua orang bisa mengaksesnya.

“Jadi bisa kita informasikan ke masyarakat luas, ini lho kerisnya Pangeran Diponegoro,”ujar Sumitro.

Penting menurut Sumitro masyarakat luas belajar keteladanan dari Sosok Diponegoro, bagaimana dia merelakan kepentingan duniawinya, mengembara dan bergerilya demi kemerdekaan rakyat. Tidak jadi soal keris itu diserahkan kepada museum nasional maupun Museum Sonobudoyo, asalkan bisa diakses oleh masyarakat luas.

“Tapi lebih baik di Museum Nasional, karena ini kan sifatnya nasional. Pangeran Diponegoro itu kan pahlawan nasional,” tegasnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *