Fenomena Aneh di Tokyo saat Pandemi Corona: Bunga Sakura Diselimuti Salju

Fenomena Aneh di Tokyo saat Pandemi Corona : Bunga Sakura Diselimuti Salju

Selama tiga puluhan tahun saya tinggal di Jepang, saya tinggal daerah Osaka 2 tahun selebihnya di Tokyo. Selama tinggal dalam kurun waktu itu saya jadi tahu bahwa selama musim dingin di daerah Tokyo tidak selalu turun salju. Yang selalu turun salju adalah Jepang daerah utara yaitu Hokkaido. Di Hokkaido awal musim dingin yaitu bulan November sudah mulai turun salju. Bulan November di Tokyo masih sejuk, belum pernah turun salju bulan November di Tokyo.

Nah, justru di bulan Februari tahun 1994 saya pernah mengalami Tokyo turun salju lebat, menurut data setinggi 23 cm, artinya tumpukan saljunya di tempat yang tidak tersentuh kaki orang setinggi 23 cm.

Tanggal 20 Maret 2020 adalah hari libur di Jepang, hari libur pergantian musim dingin ke musim semi. Di hari itu jumlah waktu siang hari dan malam hari sama, yaitu masing-masing 12 jam, atau dikenal dengan equinox. Oleh karena itu sejak tanggal itu terasa sekali suhu udara mulai naik, dan tanggal 25 Maret suhu sudah mencapai 15 derajat.

Tapi pada hari Minggu 29 maret 2020 lalu, sejak pagi hari sudah turun hujan, bukan hujan air tetapi hujan “salju”. Rupanya salju turun sudah sejak matahari belum terbit, pantesan udara sangat dingin. Di Tokyo turun salju di akhir bulan Maret baru pertama kali selama saya tinggal di Jepang. Menjadi hal yang aneh lagi yaitu bunga “sakura” yang sudah mulai mekar sejak tanggal 15 maret menjadi tertutup salju. Suatu pemandangan yang baru pertamakali adalah “Sakura diselimuti salju”.

Bersama dengan Virus Corona

Fenomena Aneh di Tokyo saat Pandemi Corona : Bunga Sakura Diselimuti Salju
Pemandangan dari balkon apartemen ketika salju menyelimuti pemukiman penduduk di Tokyo. Foto : Sapto Nugroho

Kali ini mekarnya sakura bersamaan dengan wabah virus corona, suatu tradisi orang Jepang untuk melihat bunga sakura dengan duduk-duduk dan makan minum di bawah bunga sakura juga “dilarang,” karena termasuk kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Maka tahun ini tidak ada kegaitan yang dinamakan “Hanami”, yaitu acara melihat bunga ( Hana : bunga, Mi : melihat ).

Dengan pemahaman tiap tahun bunga akan mekar, maka masyarakat jepang pun patuh untuk tidak berkumpul di bawah bunga sakura. Bunga sakura ini hanya mekar selama kurang lebih 2 minggu saja. Yang menarik adalah pertamakali muncul adalah “bunga” duluan, bukan daun. Jadi satu pohon bunga semua seperti gambar di bawah ini.

Fenomena Aneh di Tokyo saat Pandemi Corona : Bunga Sakura Diselimuti Salju
Bunga sakura mekar. Foto: Sapto Nugroho

Setelah mekar selama 2 minggu, kemudian biasanya turun hujan dengan sedikit angin, maka bunga-bunga yang sudah lama mekar akan mulai berjatuhan terbawa angin. Setelah hilang semua bunga baru kemudian baru muncul daun-daun nya. Meski setiap tahun melihat bunga sakura, orang jepang dan semua yang tinggal di jepang tidak bosan-bisan melihat bunga ini. Karena saat berbunga yang hanya 2 minggu ini, maka banyak orang yang sengaja meluangkan waktu untuk melihat bunga ini.

Cuaca juga senantiasa berubah, biasanya sakura mekar akhir Maret sampai awal April, tapi tahun ini agak cepat yaitu pertengahan Maret sudah mulai mekar karena suhu sudah mulai naik. Dan keanehan kedua seperti saya tulis di atas tadi yaitu salju turun di akhir maret.

Demikian cerita hari ini, saya tulis untuk cerita dan kenangan. Semoga bisa menambah semangat kita untuk sementara tetap tinggal di rumah.

Oleh : Sapto Nugroho, Koresponden Pandangan Jogja @Kumparan – Sapto Nugroho telah tinggal di Jepang selama 30 tahunan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *