Kos Satu Pintu di Ibukota
Dewi: Hari ini lebaran, Bang.
Asep: Seminggu lagi bayar sewa kos.
Dewi: Kenapa?
Asep: Jalanan sepi.
Dewi: Tuhan pasti memberi jalan lain.
Asep: Ada ojolkah di jalan itu?
Dewi: Ada. Abang ojolnya. Aku penumpangnya.
Dewi memeluk. Asep mengecup kening. Mereka berlebaran, ketika memelihara harapan.
Rumah Tanpa Cat di Desa
Ibu: Maaf Nak, lebaran tidak ada baju baru.
Anak: Tidak apa. Buat paket internet ada, Bu?
Ibu: Selalu ada buat belajarmu.
Anak: Ibu juga harus belajar.
Ibu: Iya. Ini uang juga dari jual kue di Facebook.
Ibu tersenyum. Anak tertawa. Mereka berlebaran, ketika bersedia belajar.
Mobil Berkaca Hitam di Persimpangan
Penumpang: Belok kiri.
Sopir: Bukankah, kantor telah tutup.
Penumpang: Segera kita buka lagi. Setelah lebaran.
Sopir: Tidak takut Corona, Bos?
Penumpang: Corona yang takut kalau kita bersama.
Sopir: Bersama pakai masker.
Penumpang: Bersama jaga jarak.
Sopir: Cuma jarak gaji jangan terlalu jauh, Bos.
Penumpang acungkan jempol. Sopir bersemangat. Mereka berlebaran, ketika bersedia berubah.
Ruangan Berbendera di Istana
Hati: Minta maaflah.
Akal: Aku tidak salah
Hati: Janji tidak mungkin ditepati.
Akal: Karena situasi.
Hati: Minta maaflah.
Akal: Aku punya rencana baru.
Hati: Mulailah rencana baru dengan mengetahui salahmu.
Hati membimbing. Akal menyangkal. Mereka berlebaran, ketika mengakui kenyataan.
Aplikasi Pesan di Ponsel
Kawan 1: Apakabar?
Kawan 2: Puji Tuhan, sehat. Kamu?
Kawan 1: Alhamdulillah, sehat juga.
Kawan 2: Selamat merayakan Idul Fitri.
Kawan 1: Terimakasih. Mohon maaf lahir batin.
Kawan 2: Mohon maaf lahir batin.
Kawan-kawan saling menyapa. Kita berlebaran, ketika bersilaturahmi meski berbeda.
SELAMAT IDUL FITRI.
Mohon maaf atas semua kesalahan dan janji yang tidak saya tepati.
Semoga Tuhan selalu memberi ampunan, petunjuk, dan lindungan kepada kita semua.
(Eko Prastowo, pemerhati internet dan pegiat sosial, tinggal di Jakarta / YK-1)