Masih berkaiatan dengan corona virus, di pagi hari pada Senin 30 maret 2020 lalu, hampir semua orang jepang dikagetkan dengan sebuah berita meninggalnya seorang komedian yang bernama “Shimura Ken.”
Beliau meninggal pada Minggu 29 maret 2020, jam 23:10 waktu Tokyo malam hari, dikarenakan virus corona. Shimura Ken sendiri sebelumnya memang sudah punya penyakit paru-paru dan memang seorang perokok berat. Dalam satu hari bisa 3 bungkus rokok, begitu menurut berita yang banyak beredar.
Gejala panas dan ganguan pernafasan sudah dirasakan mulai tanggal 19 Maret, setelah itu tanggal 20 maret masuk rumah sakit, dan diperiksa dan dinyatakan kena virus pada tanggal 23 Maret. Hanya berselang satu minggu kemudian meninggal dunia.
Tanpa Tahu Kata yang Diucapkan Bisa Membuat Tertawa
Shimura Ken, yang bernama asli “Shimura Yasunori”, lahir tanggal 20 Feb 1950. Beliau mulai dikenal banyak orang sejak tahun 1969, dengan acara yang bernama “Hajijidayo, ZeinShugo”, (Sudah jam 8, ayo semua kumpul).
Tidak hanya bagi orang jepang yang sangat kehilangan, banyak orang asing yang pernah tinggal di Jepang pasti mengenal Shimura Ken ini. Ciri khas dari Shimura ken ini adalah tanpa tahu kata atau bahasa Jepang-nya apa, penonton bisa ketawa dibuatnya dengan melihat gerak gerik yang dilakukan. Oleh karena itu orang asing yang tinggal di Jepang, terutama yang kemampuan bahasa jepangnya sangat terbatas jadi senang dan bisa tertawa dibuatnya.
Teman “Sejati” Bagi Banyak Orang
Di kala pertama kali di Jepang, tentu kemampuan bahasa Jepang sangat terbatas, apalagi kalau sebelumnya tidak belajar bahasa Jepang. Hal ini banyak dialami oleh istri atau ibu yang ikut suaminya tinggal di Jepang karena harus tugas di Jepang beberapa tahun.
Di saat suami kerja, maka istri tinggal di rumah dan salah satu yang menemani di rumah adalah acara-acara yang disiarkan di TV. Salah satu acara yang paling disukai adalah acara komedi dari Shimura Ken ini.
Lawakanya bisa dimengerti dan membuat ketawa meski kita terbatas kemampuan bahasa Jepangnya. Ternyata dengan kemajuan teknologi yaitu dengan jaringan internet, yang tidak pernah ke Jepang pun banyak yang tahu Shimura Ken. Banyak episodenya yang beredar lewat jaringan Whatsapp, salah satunya episode saat naik kereta dan masing-masing orang menerima telfon dengan cara dan pesawat telfonnya yang khas. Serta masih banyak lagi episode yang beredar.
“Daijoubuda”
Saya sendiri belum pernah ketemu langsung, ikut sedih juga, dan mengucap terimakasih kepada Shimura Ken karena telah banyak memberikan hiburan atau menemani banyak orang, termasuk istri saya dan saya sendiri. Shimura Ken dikenal dengan ungkapan yang dilontarkan oleh dia ( ciri khas ) yaitu “Daijoubuda,” yang kalau diterjemahkan secara harafiah : dai itu besar, joubu itu kuat, jadi sangat kuat. Dalam pemakaian sehari hari berarti “tidak apa-apa”.
Pada saat awal diberitakan Shimura Ken masuk rumah sakit, banyak orang berkomentar “daijoubuda”, ah tidak apa-apa, nanti akan sembuh. Tentu dengan harapan penuh semoga akan sembuh. Tetapi pagi itu banyak orang kaget dan menerima kenyatakan bahwa yang “tidak apa-apa” menjadi “apa-apa”. Artinya hal ini menyadarkan bahwa virus corona tidak boleh diremehkan.
Perhatian terhadap Shimura Ken ini tidak hanya datang dari masyarakat biasa dan teman-teman media TV, tetapi datang juga secara nyata diucapkan oleh Gubernur Tokyo, Koike; bahkan sekretaris kabinet pun mengucapkan bela sungkawa dan berterimakasih atas semua karya Shimura Ken.
Shimura Ken meninggal dalam usia 70 tahun, dengan usia dan faktor pernah punya penyakit paru-paru ini mungkin daya tahan terhadap virus menjadi lemah.
Mari kita menjadi diri masing-masing agar tetap sehat dan daya tahan tetap kuat, dan sekaligus ingat bahwa tidak boleh meremehkan keadaan. Kalau memungkinkan setiap hari dimonitor suhu badan kita, untuk mengetahui gejala awal. Kalau badan terasa enggak enak maka banyak istirahat dan makan yang cukup sehingga daya tahan tubuh tetap kuat.
Semoga keadaan pandemi virus ini segera berakhir.
(Sapto Nugroho / Koresponden Pandangan Jogja @Kumparan di Tokyo, Jepang)