
Sasmita Panduandayana menjadi salah satu pelatih yang mendapat perhatian pada Campus League Futsal Regional Jogja 2025. Ia menangani tim futsal putri Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tahun ini berhasil melaju ke seri nasional. Pandu mulai aktif melatih sejak mendekati masa kelulusannya dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
“Saya mulai rutin melatih menjelang lulus kuliah, saat itu sambil mengambil lisensi kepelatihan dan ikut menangani tim UGM,” ujarnya kepada Pandangan Jogja, Rabu (12/11).
Ia menyebut banyak belajar dari pelatih seniornya, Hajarul, yang juga pernah melatih UGM.
Pandu merupakan alumnus UNY angkatan 2014 dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, konsentrasi manajemen olahraga. “Saya dulu sempat jadi kapten tim futsal UNY di level nasional,” kenangnya.
Rivalitas UGM–UNY di Mata Pelatih

Pertemuan antara UGM dan UNY selalu menjadi laga yang menuntut intensitas tinggi. Pandu menekankan pentingnya sportivitas.
“Ketika peluit pertandingan dibunyikan, tidak bermain 100 persen sama saja tidak menghormati lawan,” katanya.
Ia mengakui ada beban emosional ketika menghadapi kampus asalnya, namun hal tersebut menjadi bagian dari proses bertanding. “Kadang kami kalah, kadang menang. Tapi yang penting bermain sepenuh hati. Itu bentuk penghormatan terhadap lawan,” ujarnya.
Pendekatan Kepelatihan: Dari Grassroots hingga Dewasa

Pandu menjelaskan tiga tahapan pengembangan pemain dalam futsal: tingkat dasar (grassroots), remaja, dan dewasa. Pada tahap awal, latihan berfokus pada teknik dasar dan gerak.
“Tujuannya agar anak-anak terbiasa bergerak, kaya variasi gerak, dan punya fondasi motorik yang baik,” jelasnya.
Memasuki usia remaja, karakter permainan mulai terbentuk. “Setiap pemain akan punya ciri: cara berlari, cara menendang, cara berpikir di lapangan. Tugas pelatih membantu mereka menemukan karakter itu,” tambahnya.
Ia juga mengenang pengalamannya ketika melatih SMA: “Saya jadwalkan latihan jam 4 sore. Jam setengah enam baru dapat pesan: ‘Coach, izin telat latihan karena ganti knalpot.’ Saya cuma bisa ketawa. Itu masa remaja, masa pencarian jati diri.”
Tim Putri UGM dan Tradisi Kebersamaan

Tim futsal putri UGM tumbuh dari komunitas UKM. Pandu menyebut rutinitas latihan yang disesuaikan dengan jadwal kuliah menjadi bagian dari dinamika tim.
“Anak-anak ini kuliah, tapi tetap berkomitmen latihan. Setelah latihan malam, kami sering makan bareng, bahkan kadang bicara hal-hal di luar futsal,” ujarnya.
Ia menyebut kedekatan itu berperan penting dalam membangun suasana tim. “Saya bisa bicara serius, tapi juga santai. Kadang bahas pacar, kadang bahas filosofi hidup,” katanya sambil tertawa.
Ada pula kebiasaan yang mereka pertahankan setiap kali meraih gelar juara. “Itu momen paling berkesan, karena bukan cuma soal juara, tapi soal kebersamaan,” tuturnya.
Membaca Gesture dan Dinamika Emosi Pemain

Pandu menyampaikan bahwa kesiapan pemain bisa terlihat dari ekspresi dan bahasa tubuh. “Saya perhatikan gesture, raut wajah, cara bicara. Dari situ saya tahu siapa yang siap dimainkan,” ujarnya.
Ia juga menyinggung dinamika emosi yang memengaruhi performa. “Pernah ada pemain bilang lagi di butterfly era. Permainannya langsung berubah. Mau saya teriak sekencang apa, kalau pikirannya lagi di sana, ya susah,” ceritanya.
Menurutnya, kondisi emosional dapat berperan positif maupun negatif. “Kalau stresnya bisa diubah jadi energi positif, saya kasih waktu main lebih banyak. Tapi kalau justru bikin drop, ya saya suruh istirahat dulu di bangku cadangan,” katanya.
Fokus Seri Nasional dan Prioritas Kuliah

Meski tim putri UGM lolos ke tingkat nasional, Pandu menegaskan bahwa akademik tetap menjadi prioritas.
“Saya tidak pernah menyampingkan kuliah. Kami bantu atur jadwal supaya latihan tidak ganggu akademik,” ujarnya.
Tekanan kuliah disebut kerap memengaruhi fokus pemain. “Ada yang stres karena skripsi belum ACC, ada yang terbebani tugas. Tapi kami saling mengingatkan: yang penting kembali siap bermain,” katanya.
Pandu berharap para pemain memanfaatkan momentum tampil di ajang besar seperti Campus League. “Campus League ini luar biasa, dari kualitas lapangan sampai penyelenggaraannya. Saya ingin anak-anak sadar, mereka sedang bermain di panggung besar. Mudah-mudahan besok mereka bisa tampil lebih matang,” ujarnya menutup perbincangan.
