Akhir Oktober, Waktu Terbaik Berburu Mangga di Yogyakarta

Akhir Oktober Waktu Terbaik Berburu Mangga di Yogyakarta

Sepanjang Oktober ini di pekarangan rumah warga di Yogyakarta, di etalase kios buah, atau toko swalayan banyak dipenuhi oleh mangga. September sampai akhir Oktober memang jadi puncak musim berbuah pohon mangga, salah satu buah-selain durian dan manggis-yang banyak digambar di relief Candi Borobudur pada medio 700-an Masehi.

“Ini lagi puncaknya, sejak bulan sembilan. Sebentar lagi habis, dua minggu nanti sudah enggak ada,” kata Susanto, 47 tahun, Senin (21/10). Susanto adalah salah seorang sopir truk pengangkut mangga dari Bojonegoro, Jawa Timur ke pasar induk buah dan sayur Gemah Ripah di Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Sebenarnya, awal musim mangga sudah dimulai sejak Agustus. Namun, produksinya belum sebanyak bulan-bulan September sampai Oktober.

“Awal-awal itu biasanya baru dari Jawa Barat. Nanti mulai September baru dari Jawa Timur. Jadi mangga itu musimnya dari barat terus ke timur,” kata Anip Musbihin, 40 tahun, penjual mangga di pasar Gemah Ripah Gamping Sleman.

Kata Anip, jika sudah mulai memasuki November, biasanya mangga-mangga yang dia jual berasal dari daerah-daerah jauh. Ada yang dari Bali, Madura, bahkan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara mulai Januari atau Februari, biasanya mangga benar-benar sudah tidak ada.

“Kalau sudah nggak musim (mangga) biasanya jual belimbing,” kata Anip.

Kapan Waktu yang Tepat Berburu Mangga

Manajer Pasar Gemah Ripah, Bambang Rahardjo memberikan bocoran soal waktu-waktu terbaik untuk berburu mangga. Untuk mendapatkan mangga dengan kualitas terbaik, menurut Bambang waktu yang paling tepat adalah di penghujung musim, yakni di akhir Oktober ini.

“Waktu yang paling baik ya akhir-akhir bulan ini (Oktober). Karena mangga akan matang maksimal,” kata Bambang.

Hal senada dikatakan oleh Anip, pada akhir-akhir musim nanti akan banyak mangga-mangga yang ‘masak’ di pohon. Seperti namanya, mangga masak pohon adalah mangga yang sudah matang ketika masih di pohon, bukan mangga yang matang karena proses pengarbitan.

“Rasanya jelas lebih enak, lebih manis,” kata Anip.

Namun agak sulit menemukan mangga masak pohon di pasar. Biasanya, mangga-mangga yang dijual adalah mangga-mangga karbitan. Ketika belum terlalu tua, mangga karbitan ini sudah dipetik sehingga proses matangnya tidak alami.

“Harganya jelas lebih mahal, karena selain jumlahnya sudah mulai turun, kan agak susah juga nyarinya (mangga masak pohon),” lanjut Anip.

Kiat Memilih Mangga Terbaik

kiat memilih mangga terbaik
Anip Musbihin, 40 tahun, penjual mangga di salah satu lapak Pasar Buah Gemah Ripah Gamping Sleman DIY. Foto : Widi Erha

Menjadi penjual mangga sejak 2003 membuat insting Anip Musbihin sangat kuat dalam memilih mangga. Dia paham perbedaan jenis mangga sampai kualitas rasanya hanya dari bentuk, kulit, dan aroma mangga. Menurutnya, mangga memiliki aroma yang berbeda-beda setiap jenisnya.

“Kalau rasanya manis, aromanya juga manis,” kata Anip.

Tapi itu bukan satu-satunya teknik yang bisa digunakan untuk memilih mangga terbaik. Untuk mengetahui kualitas mangga dari aroma, tidak semua orang bisa melakukannya, diperlukan indra penciuman yang ekstra peka. Jika tidak biasa, akan sangat sulit membedakan aroma mangga yang satu dengan yang lainnya.

“Kalau yang masak pohon malah aromanya tidak terlalu kuat. Tapi dalamnya sudah matang,” lanjut Anip.

Ada cara lain yang lebih mudah untuk menemukan mangga kualitas terbaik, yakni dengan membedakan mangga masak pohon dengan mangga karbitan. Pertama menurut Anip bisa dilihat dari batang buahnya. Buah mangga yang masak alami akan mengeluarkan getah lebih sedikit dari batang atau tangkai buahnya dibandingkan dengan mangga yang matang karena proses pengarbitan.

“Kalau yang masak pohon itu enggak ada sisa tangkai yang menempel, biasanya ada cekungan atau lubang yang cukup dalam. Kalau yang karbitan itu biasanya masih ada sisa tangkainya,” jelas Anip.

Secara bentuk, mangga yang matang alami memiliki bentuk yang lebih penuh. Berbeda dengan mangga karbitan yang di bagian pantatnya terdapat cekungan atau relung, mangga masak pohon memiliki bentuk yang lebih penuh dan rata.

Dari teksturnya, mangga yang masak alami juga bisa dibedakan. Ketika ditekan di bagian pantat buah (cekungan), mangga masak pohon akan terasa empuk. Hal itu karena di bagian itu sudah kosong, sudah mengisi ke seluruh bagian mangga secara merata.

“Jadi kalau ditekan itu kayak balon, empuk. Itu nggak busuk, tapi isinya sudah mengisi ke bagian atas,” kata Anip.

Kematangan mangga juga bisa dilihat dari pori-pori kulitnya. Buah mangga yang masak secara alami memiliki pori-pori kulit yang sangat halus. Berbeda dengan mangga karbitan yang ketika diraba kulitnya masih terasa kasar.

“Kalau udah benerbener tua itu udah gemuk mas, cekungan kayak gini itu hampir udah nggak ada. Kalau sudah benerbener tua, pori-pori kulitnya juga sudah halus. Kalau karbitan kan masih kasar kayak gini,” ujar Anip sembari memperlihatkan mangga dagangannya. (Widi Erha Pradana / YK-1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *